Penyebaran agama
Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia,
tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk
berdagang. Selain itu, mereka melakukan da’wah untuk menyebarkan agama Islam
dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing
daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam
mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu
terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia.
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar
abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke
daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke
17 Masehi. Pendapat lain mengatakan
kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak
bukti-bukti yang menunjukan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat,
peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Qur’an.
Perkembangan Islam di
Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak
positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura,
Philipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan
tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua
atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat Muslimnya masih
sedikit, mulai menunjukan semangat keislamanya. Makalah ini sedikit banyak akan
membicarakan perkembangan Islam di negara Singapura dan semangat etnis Melayu
yang didominasi oleh umat Muslim dalam perjuangannya membentuk sebuah komunitas
di negara tersebut.
Singapura
dan Masuknya Islam
Singapura merupaka
sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama
kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan
pelabuhan militer dibawah kekuasaan Inggris.[1] Pada
Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk
Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan
Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian
yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia.[2]
Kedatangan Islam ke
Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya
Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan
bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya
cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T’-Ang. Adapula yang mengatakan pada
abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa
Mogul pada tahun 1258, berita Marco Polo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke
14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292.[3] Adapun
Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang.
Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya.
Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknya migran asli atau
paling awal.[4]
Pada masa kekuasaan
Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert
W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in
Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji
dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji
melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun
1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan
perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu
Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang
besar.[5]
Minoritas
Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim
yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan
etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masayarakat Islam
minoritas, Pertama, mereka terbentuk
akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan
dan sistem nasional yang kokoh. Kedua,
terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik.[6] Pada
tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa pertahun dan meningkat
menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi
Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 presentase komponen etnis berkisar 77%
Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.[7]
Pada sensus yang diadakan
tahun 1980 menunjukan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya
400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan
420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar
360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 China dan dari lain-lain asal.[8]
Umat Muslim di
Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua
bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah
seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat
rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai
satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan
tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura
berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak
kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yag
dipanggil untuk dinas militer nasional.[9]
Gerakan
Keislaman di Singapura
Munculnya semangat
keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh
umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukan dengan
membentuk Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta
Pentadbiran Hukum Islam (The
Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura.[10] MUIS
merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan
masyarakat Islam.
Sebelum MUIS
didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah
organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat
Islam King Faisal Memorial Hall. Selain
itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi
Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura
dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982.[11] Pada
Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh
masyaakat, yaitu Association of Muslim
Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas
Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam
konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan
kultular dan agamanya.[12]
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat
keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan
Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat
6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah,
madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong
Al-Islamiah.[13]
Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan
gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa
Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jamaah
setahuannya.[14]
Seorang guru besar The
Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura,
bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi “jiwa Syariat” dikalangan Muslim
Singapura.[15]
Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim
World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia,
Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha
mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk
memperkejakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.[16]
Islam di Singapura yang
masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang,
mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan
gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat,
populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam
atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk
kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga
negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai
masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuanga mereka sebagai
yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya.
[1] Iwan Gayo, Buku Pintar: Seri Senior, (Jakarta:
Upaya Warga Negara, 1991) hlm: 534
[2] Lihat Oxford Ensiklopedi Pelajar, jilid: 8 hlm:
17 (Oxford: Grolier International INC, 2007) edisi bahasa Indonesia diterbitkan
dan diedarkan oleh PT Widya Dara edisi ketujuh
[3] Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia,
jilid III (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975) hlm: 110
[4] Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi, “Minoritas
Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) hlm:458
[5] Robert W. Hefner, Making
Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia,
(Honolulu: University Of Hawai’I Press, 2009) hlm: 18
[6] Iik Arifin, Op.cit., hlm: 457
[7] Iik Arifin, Op.cit.,
hlm: 459
[8] M Ali Kettani, Minoritas
Muslim: di Dunia Dewasa Ini, (Terj) Zarkowi Soejoeti, (Jakarta :
Rajagrafindo Persada, 2005) hlm: 221
[9] Ibid, hlm: 222
[10] Iik Arifin Op.cit., hlm: 464
[11] M Ali Kettani Op.cit., hlm:222-223
[12] Iik Arifin Mansurnoor Op.cit., hlm: 465
[13] http://akaminissa.wordpress.com/2010/02/23/muslim-di-singapura/
[14] M Ali Kettani Op.cit., hlm: 221
[15] Lihat tulisan Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi
Darmadi “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia
Tenggara Op.cit., hlm: 464
[16] Richard C. Martin, Encyclopedia
of Islam and the Muslim World: Volume 2 M-Z, (New York: Macmillan Reference
USA, 2004) hlm: 582
0 komentar:
Posting Komentar