Banyak dari
pemikirannya dipengaruhi oleh St. Augustin. Dia berpendapat bahwa Iman bisa
dijelaskan oleh akal dan kedudukan Imam lebih tinggi dari pada akal. Mengenai
eksistensi Tuhan, dia berpandangan bahwa Tuhan merupakan sumber eksistensi,
artinya apa yang ada di dunia ini disebabkan adanya eksistensi Tuhan. Apabila
Tuhan tidak ada, maka alam ini pun tidak ada. Selain bereksistensi, Tuhan juga
merupakan sebagai sumber kebenaran. Dalam mengartikan kebebasan, Anselmus
mendefinikan bahwa kebebasan adalah kemampuan manusia untuk berbuat baik. Tuhan
terbebas dari ruang dan waktu serta memiliki sifat yang absolut. Sedangkan
manusia berada di dalam ruang dan waktu. Karenanya Tuhan tidak terbatas dalam
kebebasan dan selalu berbuat baik, sedangkan manusia terbatas dalam kebebasan
dan akan memunculkan perbuatan jahat dan baik. Dosa adalah ketidakmampuan
manusia mempertahankan kebebasanya. Ia berusaha merasionalkan kepercayaan dan
dogma – dogma agama Kristen da akal harus tunduk pada agama.
Mengenai
masalah dalam teologi, Anselmus menggunakan argumen kosmologis untuk
membuktikan adanya Tuhan. Secara deduktif, ia membuktikan adanya Tuhan yang bertitik
tolak dari konsep tentang Tuhan. Teori tentang penebusan dosa diakibatkan dari
konflik keadilan dan rahmat Tuhan. Adapun kebenaran Tuhan, ajaran Trinitas, dan
Roh Kudus berada di luar penjelasan. Eksistensi Tuhan dapat dipertahankan
secara rasional, dan ia menemukan dalil – dalilnya sendiri yang bisa disebut
ontologis disamping dalil kosmologis. Ia mendefinisikan Tuhan sebagai sesuatu
yang tak terpikirkan ada hal lain yang melebihi keagungannya (aliquid quo
nihil maius cogitari possit). Karena menyiratkan bahwa Tuhan bisa menjadi
objek pikiran, definisi ini berimplikasi bahwa Tuhan bisa dikonsepsikan dan
dipahami oleh pikiran manusia. Anselmus berpendapat bahwa sesuatu ini pasti
ada, karena bereksistensi lebih sempurna atau lengkap dari pada non-eksistensi
dan wujud sempurna itu haruslah bereksistensi, kalau tidak maka dia akan
menjadi tidak sempurna.
Anselmus
beranggapan bahwa tanpa pemahaman rasional, keyakinan tidak dapat bertahan.
Tidak ada jurang lebar antara akal dan keyakinan, analisis filosofis
menjelaskan doktrin dan doktrin menberi isi yang melengkapi dan memenuhi
penyelidikan filosofis.
Dalam bukunya On
Freedom of Choice, Anselmus mendifinisikan kebebasan memilih dengan
kemampuan untuk mempertahankan kelurusan dari kehendak itu sendiri. Kemampuan
untuk berbuat dosa tidak termasuk ke dalam definisi yang esensial dari
kebebasan memilih. Dalam The Fall of Satan, dia mengataka bahwa Tuhan
menerima kehendak jahat dengan tidak melarangnya ketika Ia dapat melakukan
pelanggaran itu... Tuhan sendiri tidak memilih melakukan kejahatan, dan Ia
tidak merestui perbutan jahat, tetapi Ia mungkin menerima kehendak jahat dalam
arti membiarkan kehendak itu terjadi dengan cara ini.
0 komentar:
Posting Komentar