banner blog aing

MAI APOLOJES

Setelah Vakum Selama Hampir Empat Tahun, Theosopher Hadir Kembali Dengan Artikel-Artikel Segar (:

WESTERN PHILOSOPHY

Menawarkan Beberapa Artikel Tentang Perkembangan, Tokoh Atau pun Pemikiran Pada Zamannya.

RELIGIOUS STUDIES

Kumpulan Beberapa Tulisan Yang Berkenaan Dengan Agama Dunia Serta Cara Pandang Disiplin Ilmu Umum.

TUMBLR

About Reality: Kumpulan Kata Bajak, Keluhan Pemirsah, Serta Kumpulan Cerita Pendek Sependek-pendeknya.

KRISTEN:AGAMA DAN DOKTRIN PAULUS

Bagaimana dan Apa Saja Peran Paulus Terhadap Agama Kristen ???.

Rabu, 30 Maret 2011

Bahaya Sekularisme Terhadap Dunia Islam


Islam merupakan agama universal yang mencakup segala aspek kehidupa. Hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungannya dengan sang Pencipta, salah satu ajaran yang ada di dalam agama islam. Hubungan sesorang dengan orang lain dalam Islam tidak lepas dari syariat yang selalu mengikatnya kapan pun, tujuan nya agar manusia senan tiasa atau setidaknya tidak lupa dengan sang khaliq.
            Sekularisme merupakan sebuah ideology yang pada mulanya berkembang di dunia Barat dan menyebar hampir ke seluruh penjuru Dunia tak terkecuali dunia islam. Paham ini mempunyai tujuan yaitu memisahkan antara hak Tuhan dengan hak Manusia atau memisahkan antara urusan Manusia dengan urusan Tuhan.
            Dalam pembahasan kali ini penulis akan memaparkan sedikit tentang bahaya yang ditimbulkan oleh paham sekularisme terhadap dunia Islam   

Pengertian Sekularisme
            Istilah secular berasal dari bahasa latin Saeculum yang memiliki dua konotasi yaitu time dan location. Waktu menunjukan sekarang sedangkan tempat dinisbahkan kepada dunia. Jadi saeculum berarti zaman ini atau masa kini, dan zaman ini atau masa kini menunjukan peristiwa di dunia ini, dan itu juga berarti peristiwa – peristiwa masa kini.[1]Adapun sekularisasi dalam kamus ilmiah adalah hal usaha yang merampas milik gereja atau penduniawian.[2] Sedangkan Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama.[3]
            Dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sekularisme, Al-Attas menjelaskan bahwa sekularisasi didefinisikan sebagai pembebasan manusia, yaitu mula – mula dari agama dan kemudian dari metafisika. Itu berarti terlepasnya dunia dari pengertian – pengertian religious dan religious-semu, terhalaunya semua pandangan – pandangan dunia yang tertutup, terpatahkannya semua mitos supernatural dan lambang – lambang suci.[4] Sekularisme lebih condong kepada proses peralihan fungsi – fungsi dan sifat – sifat keagamaan kearah fungsi – fungsi dab sifat –sifat yang tak bernilai atau yang tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Pengertian yang lain menyebutkan sekularisme adalah penduniawian sesuatu yang pada mulanya bersifat atau bernilai keagamaan.[5]
            Dari pengertian – pengertian diatas, kata secular, sekularisasi dan sekularme mempunyai makna dan pengertian yang berbeda –beda. Kata secular berasal dari kata latin saeculum diartikan dengan masa dan tempat yang berlaku sekarang atau masa kini.kata sekularisasi banyak diartikan sebagai proses menuju ke secular dan sekularisme. sedangkan sekularisme banyak diartikan sebagai idiologi yang dihasilkan dari proses sekularisasi.[6]   

Sejarah Kemunculan Sekularisme
            Sekularisme adalah ideologi yang muncul dari proses sekularisasi. Yang menjadi perdebatan para ahli sejarah adalah bagaimana proses munculnya secular, sekularisasi dan sekularisme. Eropa barat telah mengalami sekularisasi selama sejak 250 tahun terakhir dan para ahli sejarah sepakat dengan pendapat tersebut.[7]
            Gerakan sekularisme tumbuh di Eropa dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan pengaruh penjajahan, kristenisasi dan komunisme. Banyak factor yang mengakibatkan tersebarnya gerakan ini, baik sebelum dan sesudah meletusnya revolusi Prancis pada tahun 1799 M.[8]  
            Dr. Camile Al-Hajj mengatakan sekularisme adalah gerakan yang muncul akibat konflik sejarah yang terjadi antara Gereja dan kekuasaan di Eropa. Untuk memisahkan antara agama dan Negara disatu sisi serta pemisahan antara ajaran – ajaran gereja dan ilmu pengetahhuan di sisi lain.[9] Al-Attas menyatakan bahwa kwmunculan sekularisasi adalah hasil dari sejarah pengalaman barat untuk mendamaikan ketegangan antara Filsafat dan Agama. Antara pandangan alam yang semata – mata berdasar pada pandangan akal jasmani, dan pandangan alam yang semata – mata berdasar pada pandangan indra khayali.[10] Akan tetapi sebenarnya ketegangan yang terjadi di barat antara filsafat dan agama sudah ada pada zaman Yunani purbakala kira – kira empat ratus tahun sebelum zaman Nabi Isa hingga berlanjur sampai sekarang.[11]
            Menurut Yusuf Qardhawi, kemunculan sekularisme di barat terjadi karena beberapa factor, di antaranya ialah: factor agama, yaitu berkenaan dengan ajaran bible sendiri. Factor pemikiran, yaitu pertentangan doktrin gereja dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada waktu itu. Factor psikologis, yaitu yang berhubungan dengan trauma sejarah, ketika gereja berkuasa barat berada dalam kemunduran, perpecahan, dan kemandekan ilmu pengetahuan. Factor sejarah, yaitu yang berhubungan dengan sejarah gereja khususnya ketika gereja berkuasa pada abad pertengahan. Serta factor realitas kehidupan empiris.[12]
            Adian Husaini menyimpulkan bahwa mengapa barat menjadi secular dan mengapa di barat proses sekularisasi sangat cepat berkembang. Setidaknya ada tiga factor yaitu : Pertama, trauma sejarah khususnya yang berhubungan dengan dominasi agama di zaman pertengahan kedua. Kedua, problem teks bible. Ketiga, problem teologi Kristen.[13]

Sekularisme di Negara – Negara Arab dan Dunia Islam
            Di Mesir, Khudaiwi Ismail memasukan perundang-undangan Prancis pada tahun 1883 M. tokoh ini sudah tergila-gila terhadap barat. Cita – citanya ingin menjadikan Mesir sebagai bagian dari Barat. Di India, sampai tahun 1791 M hokum yang berlaku di negeri ini masih sejalan dengan syariat Islam. Tetapi setelah didalangi oleh Inggris kemudian berangsur-angsur berubah, melepaskan syariat. Sehingga pada pertengahan abad 19, syariat Islam telah habis sama sekali di negeri ini. Al-Jazair menghapuskan hokum Islam setelah dijajah Prancis pada tahun 1830. Tunis memasukan perundang-undangan Prancis pada tahun 1906 dan Maroko pada tahun 1913 M. [14]
Mustafa Kemal Ataturk dikenal sebagai peletak dasar sekularisme di Turki. Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan system kekhalifahan dan selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya Negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kamal sebagai presiden Republik Turki.[15]

Bahaya Sekularisme terhadap Dunia Islam
            Apabila paham atau ideology ini masuk kedalam ranah pemikiran di dunia Islam, maka akan terjadi pemisahan otoritas khaliq dan makhluq yang akan mengakibatkan urusan – urusan duniawi manusia hanya diurus oleh manusia saja dan tidak lagi mementingkan keberadaan Tuhan atau kehidupan setelah dunia. Bahaya yang di timbulkan dari sekularisme terhadap dunia islam sangat banyak diantaranya:
·         Diputarbalikannya hakikat Islam, Al-qur'an dan Rasulullah
·         Menganggap bahwa Islam telah menyederhanakan tujuan – tujuannya, yakni dianggap bahwa Islam hanyalah berupa upacara – upacara keagamaan dan ritual belaka
·         Bahwa Islam tidak sesuai dengan peradaban dan hanya akan mengakibatkan kemunduran
·         Segala system dan aliran sekuler barat ditransfer untuk di masukan ke dunia Islam
·         Apabia ada suatu alasan tentang keberadaan sekularisme di barat, maka tak satupun alasan bagi timur untuk menolak sekularisme.[16]
            Selain bahaya yang telah disebutkan diatas, masih banyak bahaya sekularisme yang lainnya diantaranya yaitu sebagai berikut:
·         Menghalangi campur tangabn Tuhan (agama) dalam persoalan duniawi
·         Aspek kehidupan, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya tidak perlu didasarkan pada agama
·         Ormas, parpol, maupun Negara tidak perlu berbaasis agama
·         Negara tidak usah mengurus agama, karena agama urusan pribadi.[17]

Suatu Kesimpulan
            Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya sekularisme merupakan sebuah ideology yang berusaha untuk memisahkan atau menduniawikan ajaran yang ada dalam agama. Dan apabila paham tersebut merasuki pemikiran keagamaan maka akan menimbulkan rasa tidak mementingkan keberadaan tuhan, maka paham ini tidak bisa di adopsi oleh umat Islam.
            Bahaya yang akan di timbulkan akan berdampak sangat buruk dan akan mengakibatkan tidak adanya kesakralan dalam agama khususnya agama Islam.


                [1] Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme (terj) Karsidjo Djojosuwarno (Bandung: Pustaka, 1978). Hlm 18-19
                [2] Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Edisi Lengkap (Surabaya: Gita Press 2006)
                [3] WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan penyebarannya (Jakarta: Al-I'tishom 2002). Hlm 281
                [4] Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme. Op. Cit. hlm 20
                [5] Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Edisi Lengkap
                [6] M. Syukri Isma'il, Kritik terhadap Sekularisme, pandangan Yusuf Qordhawi (Ponorogo: CIOS – Institute Studi Islam Darussalam 2007). Hlm 5
                [7] Syamsudin Arif, kemodernan, sekularisasi, dan agama. Dalam majalah Islamia, 2007. Vol. III No. 2. Hlm 35
                [8] WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan penyebarannya. Op. cit. hlm 281
                [9] Dr. Camile Al-Hajj. 2000. A Simplified Encyclopedia of Philosophical and Sosiological Thought, Beirut. Libraire du Liban Publisher. Hlm. 373
                [10] Syed Muhammad Naquib Al-Attas. 2001. Risalah Untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur,
International Institute of Islamic Thought and Islamic Civilization (ISTAC). Hal. 200
                [11] M. Syukri Isma'il, Kritik terhadap Sekularisme, pandangan Yusuf Qordhawi. Op. cit. hlm. 12
                [12] Yusuf Qardhawi. 1994. Al-Islam Wal'Ilmaniyah, Wajhan Liwajhin, Attab'ah Atsaniyah Dar-al-Sohwah Linnasyr Wa Tauizi'. Kairo Mesir. Hlm. 53
                [13] Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta. Gema Insani Press. Hlm 29
                [14] WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan penyebarannya. Op.cit. hlm 281-282
                [15] Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki. Jakarta: Djambatan, 1994
                [16] WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan penyebarannya. Op. cit. hlm 285
                [17] Dr. HM Afif Hasan, M.Pd, Fragmentasi Ortodoksi Islam, Membongkar Akar Sekularisme. (Malang: Pustaka Bayan, 2008). Hlm. 62

Tafsir Kelahiran & Kebangkitan Isa Al-Masih


Agama Kristen memiliki keyakinan tentang keilahian Yesus yang dianggap oleh mereka merupakan putra dari Tuhan Allah yang diturunkan kebumi untuk menembus dosa warisan Adam dan Hawa. Menurut kepercayaan mereka, setelah Adam dan Hawa melakukan perbuatandosa yang menyebabkan keturunnya berdosa, Tuhan Allah berfikir untuk mengutus putraNya yaitu Almasih agar dapat menebus dosa seluruh umat manusia. Menurut keyakinan yang mereka anut, Yesus lahir tanpa seorang ayah. Dia lahir melalui seorang perawan suci yang bernama Mariam.
Dalam Alkitab khususnya dalam Perjanjian Baru, terdapat beberapa perbedaan mengenai kelahiranYesus. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan sedikit tentang tafsir kelahiran dan kebangkitan Yesus menurut teologi Kristen 

Kelahiran Yesus Dalam Alkitab
Bagi kalangan umat Kristen, kelahiran Yesus sering disebut dengan lahir dari perawan karena Maria melahirkan Yesus tanpa campur tangan pasangan manusia.[1]Dalam Injil Matius diceritakan bahwa ketika Maria ibu dari Yesus bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia telah mengandung seorang anak dari Roh Kudus sebelum keduanya menjadi suami istri. Dikarenakan Yusuf seorang yang tulus hatinya dan tidak mau mencemarkan kehormatan dan nama baik istrinya, ia bermaksud untuk menceraikan Maria secara diam-diam. Akan tetapi ketika ia mempertimbangkan maksudnya tersebut, datanglah Jibril menemuinya dalam mimpi dan mengatakan bahwa apa yang dikandung oleh Maria adalah anak laki-laki yang berasal dari Roh Kudus dan akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa. Setelah Yusuf terbangun dari mimpinya, ia melakukan apa yang diperintahkan Jibril dan tidak bersetubuh dengan Maria sampai ia melahirkan anak laki-laki yaitu Yesus.[2]
Ada pun dalam Injil Lukas, diceritakan bahwa pada bulan keenam Allah mengutus Jibril untuk pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret. Ia berkunjung kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud, dan perawan tersebut bernama Maria. Ketika Jibril memasuki rumah Maria, dia mengabarkan bahwa engkau (Maria) akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang hendak akan dinamai dengan Yesus.[3]

Sekilas Tentang Kebangkitan Yesus
            Kebangkitan merupakan salah satu doktin yang ada dalam agama Kristen. Paulus pernah mengirimkan suratnya kepada jemaat yang ada di Korintus yang berbunyi "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu".[4]Doktin kebangkitan menegaskan bahwa setelah kematianYesus di kayu salib, maka Yesus akan dibangkitkan oleh Tuhan.[5]Orang Kristen mempercayai bahwa setelah tiga hari kemudian atau setelah Yesus disalib, ada tiga orang perempuan mengunjungi kuburan Yesus. Ketika perempua-perempuan itu sampai di kubur, mereka mendapati batu penutup tergolek dari jalan masuk ke dalam kubur dan mendapati kuburan tersebut telah kosong, mereka berjumpa dengan malaikat yang mengatakan bahwaYesus telah hidup kembali. Pada hari yang sama Yesus sendiri menampakan diri kepada para murid dan menampakan diri dua kali lagi. Pada minggu-minggu berikutnya, kabar Yesus telah hidup kembali diwartakan kepada banyak orang.

Tafsir Mengenai Kelahiran Yesus
Dalam Injil Matius. 1:18 disebutkan"kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: pada waktu Maria, ibu Nya bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri"[6].dan juga dalam Injil Lukas. 1:35 disebutkan"jawab malaikat itu kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak akan disebut kudus, anak Allah".[7]
Dari kedua ayat yang terdapat di dua Injil yang berbeda yaitu antara Matius dan Lukas, terdapat perbedaan dalam menceritakan kelahiran Yesus. Dalam Injil Matius, peranan yang paling penting diberikan kepada Yusuf yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai ayah dariYesus atau setidaknya istri dari Maria. Yusuf menerima ilham dan petunjuk-petunjuk yang semuanya diterima ketika dalam keadaan mimpi. Sedangkan dalam Injil Lukas, peranan yang paling utama diberikan kepada Maria yang mendapat kunjungan dari Jibril ketika dalam keadaan sadar.[8]
Beberapa ahli teologi modern menyanggah bahwa kemanusiaan Yesus adalah cacat, karena lahir hanya dengan satu orang tua saja dan tidak mungkin Yesus merupakan manusia sepenuhnya. Apabila Yesus diberi kromosom luar biasa yang khusus diciptakan Allah baginya tanpa nenek moyang, bagaimana ia adalah manusia yang mempunyai keturunan dari Daud?. Oleh karena itu penelitian historis tidak dapat memastikan kebenaran dan ketidakbenaran berita-berita Injil. Maka argumentasi teologi yang dikemukakan yang merupakan sangat menguntungkan dokrin tradisional adalah pemikiran bahwa tepatlah berita yang disampaikan dalam Injil itu sebagai alat yang digunakan Allah untuk memotong garis kemanusiaan atau keturunan lama yang berdosa dengan memuliakan suatu kemanusiaan baru yang murni dalam diriYesus.[9]

Tafsir Mengenai Kebangkitan Yesus
Banyak perbedaan kisah dalam Alkitab yang menceritakan tentang kebangkitan Yesus, hampir semua injil sepakat bahwa Yesus di salib pada hariJum’at sebelum hari Sabat (Sabtu) Yahudi. Lukas mengatakan:”Waktu itu hari Jum’at dan hari Sabat telah dekat.”[10]Begitu pula hari kebangkitan, ia juga disepakati oleh penulis injil bahwa peristiwa itu terjadi pada Minggu pagi. Matius mengatakan:”Menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Minggu itu”.[11]
Tafsir mengenai kebangkitan Yesus dalam teologi Kristen dibagi menjadi dua, yang pertama adalah tentang kubur yang kosong dan yang kedua membahas pertemuan dengan Yesus. Mengenai cerita kubur yang kosong, keempat injil menceritakan dengan bervariasi. Menurut Matius dua wanita yang pergi ke kubur Yesus; menurut Markus tiga; menurut Lukas lebih dari tiga; dan menurut Yohannes hanya Maria Magdala. Adapun tentang pertemuan dengan Yesus, Injil yang paling tua yaitu Markus belum memuat cerita tentang pertemuan dengan Yesus. Sedangkan Injil Yohannes yang ditulis sebagai Injil terakhir memuat cerita yang paling banyak dan konkrit. Matius dan Lukas mengambil jalan tengah dalam cerita kebangkitan Yesus.[12]

Kesimpulan
Tafsir mengenai cerita tentang kelahiran dan kebangkitan Yesus merupakan metode yang disebut Teologia Biblika, yaitu teologi yang menyelidiki Alkitab atau Injil sebagai buku dan seperti bagaimana terjadinya. Adapun pokok-pokok ajaran Kristen, harus diberi pendekatan yang sesuai dengan tafsir yang baik dan aqidah atau keimanan tidak harus dimuali dengan terminology para konsil dan teolog yang hidup pada abad pertengahan. Dengan pendekatan tersebut inti ajaran Kristen akan menjadi lebih jelas dan unsure yang tidak begitu penting seperti kepercayaan kepada mu'jizat, diberi proporsi yang semestinya dan terbatas.


[1]Browning, Kamus Alkitab: a dictionary of bible. Panduan dasar kedalam  kitab-kitab, tempat, tema, tokohdanistilah-istilahalkitabiah, (terj) LiemKhiem Yang dan Bambang Subandrijo, Jakarta: GunungMulia, 2008, hal 235
[2]Untuk lebih lanjut bisa dilihat dalam Injil Matius.1:18-25
[3]Lihat Lukas. 1:26-38
[4]1 Kor.15:17
[5]Hj. Irena Handono,Mempertanyakan Kebangkitan & Kenaikan Isa Almasih
[6]Matius. 1:18
[7]Lukas. 1:35
[8]Kareel A. Steenbrink, Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen Modern, (Yogyakarta: IAIN SKJ Press, 1987), hal 125
[9]Lihat Browning op cit hal  236
[10] Lukas 23:44-47 dan dalam injil lainnya seperti Markus 15:42, Matius 27:62 dan Yohanes 19:31
[11]Matius 23:2 lihat juga Matius 16:2, Lukas 42:2, Yohanes 20:1
                [12] Lihat Kareel A. Steenbrink, op cit hal: 129-130

Senin, 28 Maret 2011

Kristen: Agama dan Doktrin Paulus


 Berawal dari ajaran yang dibawakan Saul (Paulus), Kristen yang berkembang saat ini sangat jauh menyimpang dari ajaran aslinya yang dibawakan oleh nabi Isa. Dalam buku seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, Michael H. Hart mengatakan bahwa  Nabi Isa meletakan dasar-dasar pokok gagasan kekeristenan termasuk pandangan spiritual serta ide pokok mengenai tingkah laku manusia. Sedangkan teologi Kristen dibentuk dasar-dasarnya oleh Paulus.  Nabi Isa mempersembahkan pesan-pesan spiritual, sedangkan Paulus menambahkannya ke dalam bentuk pemujaan terhadap Nabi Isa. Dia juga penulis bagian-bagian penting Perjanjian Baru dan Penganjur pertama agar orang-orang memeluk agama Kristen.Lalu siapakah paulus itu? Dan Doktrin apa sajakah yang telah ia ajarkan, sehingga agama Kristen pada masa kini telah menyimpang jauh dari ajaran aslinya yaitu Tauhid?
Sekilas tentang Paulus
Paulus adalah seorang bangsa Yahudi bernama Saul turunan suku Benyamin. Sejak kecil dia telah mengalami pendidikan Taurat yang dianutnya secara fanatic dan juga pendidikan ala Romawi serta pendidikan dan pengajaran filsafat Yunani. Dia sendiri temasuk penganut faham alirann Farisi yaitu golongan yang sangat anti terhadap ajaran Nabi Isa. Ketika Nabi Isa menyiarkan ajarannya, Paulus sendiri termasik penentang yang paling keras dan kejam.[1]
Ketika Nabi Isa telah tiada, seakan-akan Paulus telah menganut agama Nasrani. Mula-mula kebanyakan orang tidak suka dan tidak mempercayainya. Akan tetapi karena kepandaiannya berbicara dan bergaul dengan mereka, akhirnya kebanyakan orang percaya juga. Awalnya dia mempelajari agama Nasrani sampai mengerti, kemudian dia pergi menyebarkan ajarannya, tidak hanya di Palestina tetapi juga di beberapa negeri yang jauh seperti Antiogia dll, bahkan akhirnya dia sampai ke Roma. Setelah orang-orang banyak yang percaya kepadanya, maka dimasukkanlah perobahan-perobahan dan ajarannya ke dalam agama Nasrani[2]
Doktin-doktrin Paulus
Dari beberapa Doktrin Kristen yang telah diajarkan oleh Paulus antara lain menyangkut penyaliban Yesus, konsep Trinitas, doktrin penebusan dosa, ekaristi, dan pembabtisan. Tiga dari yang terakhir dari doktirn tersebut adalah tujuh dari tiga Sakramen yang ada dalam ajaran Gereja Katholik
Agama Kristen sangat mengistimewakan peristiwa penyaliban Yesus, karena dasar dari keimanan mereka dibangun diatas peristiwa (mitos) tersebut. Doktrin penebusan dosa, ekaristi, paskah dan lain-lainnya tidak ada artinya apabila tidak ada penyaliban Yesus. Anggota Kristen mengajukan ramalan Yesus tentang kematiannya di tiang salib dan hidup lagi. Injil mencatat, Yesus telah memberitahu bahwa hal itu sudah mendekatinya, yaitu dia akan dibunuh dan dikubur selama tiga malam, kemudian dia akan bangkit lagi dari kubur. Hampir semua injil sepakat bahwa Yesus di salib pada hari Jum’at sebelum hari Sabat (Sabtu) Yahudi. Lukas mengatakan:”Waktu itu hari Jum’at dan hari Sabat telah dekat.”[3] Begitu pula hari kebangkitan, ia juga disepakati oleh penulis injil bahwa peristiwa itu terjadi pada Minggu pagi. Matius mengatakan:”Menjelang menyingsingnya fajar pada pada hari pertama Minggu itu”.[4] Apabila kita mengujinya secara kritis terhadap ayat-ayat injil tersebut, maka kita akan mendapatkan keganjalan bahwa ramalan Yesus ini tidak pernah terpenuhi.[5]
Konsep Trinitas diartikan bahwa Tuhan itu dalam satu oknum, tidak dapat dibagi dan tidak dapat dipisahkan dalam istilah lain disebut Tritunggal, tiga dalam satu, yang terdiri dari Allah, Almasih dan Roh kudus. Sebelum Trinitas Kristen diajarkan oleh Paulus, sebenarnya konsep tersebut telah ada pada bangsa-bangsa terdahulu, sebagai contoh Triad Babilonia terdiri dari tiga oknum: Anu, anaknya yang bernamaEnlil dan Enki. Triad Romawi adalah dewa Jupiter, Yuno dan Minerva dan juga ada kesamaan dengan Trinitas agama Hindu yaitu Brahma, Wisnu dan Syiwa yang biasa disebut Trimurti. Apabila kita melihat ayat-ayat dalam perjanjian lama (karena perjanjian lama merupakan bagian dari Alkitab), kita akan menemukan ayat yang berbunyi “Semua itu ditunjukan Tuhan kepadamu untuk membuktikan bahwa Tuhan itu hanya Allah, tidak ada Tuhan selain Dia”[6], dan juga “Akulah Tuhan, tak ada lainnya, Akulah Allah yang Maha Esa”.[7] Dari dua ayat ini dapat kita simpulkan bahwa konsep Trinitas bertentangan dengan apa yang tertulis dalam perjanjian lama dan juga merupakan konsep dari luar ajaran Yesus.
Adapun tentang penebusan dosa, orang-orang Kristen mempercayai bahwa dosa Adam tidak diampuni dan anak-cucunya mewarisi cacat moral ini sejak lahir, dan bahwa Tuhan, melalui penyaliban putra satu-satuNya (Yesus) telah mensucikan dosa semua manusia. Doktrin ini sama seperti Konsep trinitas, yaitu telah ada sebelun doktin ini diajarkan Paulus dan dikembangkan oleh Gereja. Sebagai contoh beberapa dewa atau tuhan kuno telah disalib untuk tujuan mulia atau penebusan; Krisna dan Indra telah menumpahkan darahnya bagi penyelamatan manusia, dewa Tin bangsa Cina mati untuk menyelamatkan dunia ini, dewa matahari Adonis bangsa Syiria dipaku sampai mati untuk tujuan ini. Edwar Carpenter dalam bukunya pagan and Chirtian Creed mengatakan “Cukuplah untuk membuktikan dengan jelas bahwa doktrin tentang juru selamat merupakan doktrin yang menyebar di seluruh dunia dan setua dunia itu sendiri, dan agama Kristen semata-mata menyesuaikan doktrin yang sama dan…memberinya warna tersendiri”. Dari pernyataan Edwar dan juga beberapa doktrin tentang penebusan dosa sebelum datangnya ajaran Paulus dapat disimpulkan bahwa doktrin penebusan dosa atau  juru selamat merupakan jiplakan asli dari cara-cara agama pagan dan tidak didasarkan atas ajaran Yesus 
Suatu kesimpulan
Bahwa agama Kristen sekarang sudah amat jauh menyimpang dari ajaran aslinya yaitu Tauhid, terutama setelah Paulus masuk kedalam agama ini. Paulus telah membelokkan ajaran agama Almasih dan merusaknya dari dalam dengan cara mengadopsi ajaran, doktrin dan keyakinan agama pagan dan kepercayaan kuno lainnya. Jadi doktrin-doktrin Paulus menghasilkan sebuah keimanan dan keyakinan baru bagi pengikut agama Kristen pada zaman sekarang ini. Salah seorang dosen teologi di Universitas Zurich mengatakan: “Jika dengan orang Kristen kita bisa memahami keimanan Kristus sebagai anak Tuhan yang melangit, dan tidak memiliki sifat kemanusiaan yang membumi, dan menjelmakan dirinya dalam bentuk manusia melalui seorang perawan, dan dia menebus dosa manusia dengan darahnya diatas salib…jika ini yang dinamakan iman Kristen, berarti adalah Kristen yang didirikan oleh Paulus dan bukan oleh Yesus
Islam mempunyai keyakinan dan ini merupakan keimanan sebagai seorang muslim, bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Esa tidak beranak dan tidak pula dipernakan. Ajaran Almasih yang asli adalah mengakui tuhan Yang Maha Esa dan beliau (Isa Almasih) adalah rasul Allah yang diutus hanya untuk kaumnya yaitu Bani Israil


[1] Agus Salim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam Mengenai kepercayaan majusi, Shahabi, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Sikh (Bandung: Diponegoro, 2006) hal. 93
[2] Ibid. 94
[3] Lukas 23:44-47 dan dalam injil lainnya seperti Markus 15:42, Matius 27:62 dan Yohanes 19:31
[4] Matius 23:2 lihat juga Matius 16:2, Lukas 42:2, Yohanes 20:1
[5] Menghitung waktu dari Jum’at malam ketika tubuh Yesus dikubur sampai Minggu pagi, berarti Yesus berada di kuburan hanya selama satu hari dua malam (sekitar 36 jam atau separuh waktu yang diramalkan Yesus) atu bahkan jika bagian kecil hari Jum’at Malam dihitung menjadi satu hari penuh, periode paling lama adalah dua hari dua malam. Lebih lanjut lihat buku Dimensi Keimanan Kristen DR. Hamid Qadri
[6] Ulangan 4:35
[7] Yeyasa 14:5

Teologi Islam dan Problem Ketuhanan di Zaman Modern


Masalah yang sedang dihadapi umat Islam pada zaman sekarang merupakan masalah yang sangat serius. Disamping masalah pemikiran, problem tentang ketuhanan pun menjadi tantangan yang harus di hadapi oleh umat Islam. masalah dan problem tersebut tidak lepas dari peranan bangsa Barat yang sangat gencar mempengaruhi pemikiran umat Islam. berbagai bidang ilmu pengetahhuan barat banyak dimasukan bahkan diaplikasikan dalam keilmuan Islam, diantaranya tentang teologi.
Islam merupakan agama yang mempunyai peradaban ilmu paling maju dan banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di Barat. Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam sendiri, terdapat banyak macam bidang ilmu yang merupakan produk asli agama Islam. diantara bidang – bidang ilmu tersebut adalah Ilmu Kalam atau istilah lain adalah teologi dan para teolog Islam biasa disebut dengan mutakallimin atau ahli kalam. Disebut Ilmu Kalam karena ilmu ini membahas tentang kalam atau wahyu Tuhan.
 Adapun kata teologi, merupakan istilah yang diambil dari Yunani dan terdiri dari dua kata yaitu theos yang berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu. Jadi, teologi merupakan ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Adapun pokok pembahasan yang ada dalam teologi adalah Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.[1]

Aliran Teologi dalam Islam
            Beberapa aliran yang membahas tentang teologi atau ilmu kalam dalam Islam sangat banyak, diantara aliran – aliran tersebut adalah Khawarij, Jabbariyah, Qadariyah, Syi’ah, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Aliran Khawarij berpendapat bahwa mereka mensucikan Dzat Ilahiayah dan menolak sifat – sifat Allah, maka dari itu mereka menyatakan bahwa sifat merupakan Dzat itu sendiri.[2] Adapun aliran Jabbariyah berpandangan bahwa mereka menolak sifat Kalam bagi Allah SWT, karena Kalam merupakan sifat dari makhluk.[3]
Selain dua aliran tersebut ada beberapa aliran yang lain dalam memandang masalah ketuhanan dalam Islam atau ilmu kalam. Aliaran tersebut dalah aliran Mu’tazilah yang didirikan oleh Wasil bin Atho’. Dalam masalah ketuhanan mereka mempunyai konsep sendiri, konsep tersebut biasa disebut dengan Al-Usul Al-Khamsah yaitu Tauhid, Al-‘Adlu, Al-Wa’du wa Al-Wa’id, Al-Manzil baina Manzilatain dan Al-Amru bil Ma’ruf wa An-Nahyu ‘An Al-Munkar. Dalam salah satu konsepnya yaitu Tauhid, mereka berbicara banyak tentang ketuhanan. Diantara pendapatnya yaitu الصفات عين الذات: artinya bahwa sifat Allah tidak terpisah dari dzat-Nya. Untuk mempertegas konsepnya ini, Mu’tazilah menjelaskan bahwa الله عالم بالعلم هو هو  artinya Allah Maha Mengetahui dengan ilmu-Nya, sifat ilmu adalah dzat-Nya.[4]
Banyak para ulama yang tidak setuju dengan pendapat yang dimilki oleh Mu’tazilah. Al-Asy’ari membuat rumusan yang lain yaitu الصفات قائمة بالذات أزلية atau diringkaskan لا هي هو ولا هي غيره  artinya bahwa sifat – sifat ilahiyah itu bukan dzat-Nya, dan bukan selain dzat-Nya.[5] Dari pernyataan tersebut timbul pertanyaan, apakah sifat – sifat ilahiyah itu ain dzat, atau di luar dari dzat? Al-Syahrastani menjawab dengan menampilkan perkataan Al-Asy’ari dengan konsepnya yaitu هي هو, ولا غيره, ولا ولاهو, ولا لا غيره  artinya sifat adalah dzat dan bukan yang lainnya, bukan bukan, Ia bukan yang lain.[6]

Aliran – Aliran Dalam Konsep Ketuhanana
Sebelum memasuki kedalam permasalahan tentang ketuhanan, ada baiknya kita sedikit banyak membahasah tentang beberapa aliran dalam konsep ketuhanan yang telah berkembang dari satu fase ke fase yang lain. Diantara aliran tersebut adalah Teisme, Tuhan menurut aliran ini berada di alam atau immanent dan Dia juga jauh dari alam atau transendent. Adapun ciri lain dari teisme adalah mereka menegaskan bahwasannya Tuhan setelah proses penciptaan alam selesai, Dia tetap aktif dan selalu memelihara alam. Agama – agama besar pada dasarnya penganut paham teusme, seperti Yahudi, Kristen, dan Islam.[7] Tokoh Kristen yang mengemukakan gagasan ini ialah St. Augustinus. Menurutnya, Tuhan ada dengan sendirinya (self – existing), tidak diciptakan, tidak berubah, abadi, bersifat personal yang terdiri dari tiga person, yaitu Bapak, Anak dan Roh kudus.[8] Konsep teisme dalam Islam dijelaskan oleh Al-Ghazali. Menurutnya, Allah adalah Zat yang Esa dan pencipta alam serta berperan aktif dalam mengendalikan alam. Yang dimaksud Esa menurutnya adalah kembali kepada penetapan dzat-Nya.[9] Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang Tuhan yang Esa, diantaranya QS 112: 1 yang artinya “Katakanlah wahai Muhammad, Dia (Allah) adalah satu”. Adapun ayat yang menunjukkan bahwa Allah bersifat transendent dan immanent adalah QS 10: 3 yang artinya “Sesungguhya Tuhan kamu adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur semua urusan”
Aliran dalam konsep ketuhanan yang berikutnya adalah Deisme. Menurut paham ini,Tuhan berada jauh di luar alam dan setelah menciptakan alam, Dia tidak memperhatikan alam dan memeliharanya lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah sempurna yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan dan peraturan – peraturan tersebut tidak berubah – ubah. Tokoh yang mempelopori munculnya aliran ini ialah Newton (1642-1727). Menurutnya, Tuhan hanya pencipta alam dan apabila ada kerusakan, alam tidak membutuhkan Tuhan untuk memperbaikinya karena alam sudah memiliki mekanisme sendiri untuk menjaga keseimbangan.[10]  
Aliran yang selanjutnya adalah Panteisme. Aliran ini berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam, termasuk benda –benda yang bisa ditangkap oleh panca indra seperti manusia, binatang, tumbuh –tumbuhan, dan benda mati adalah bagian dari Tuhan. Dalam agama Islam, paham ini biasa disebut dengan Wihdatut al-wujud (kesatuan wujud) yang dikenalkan oleh Ibnu al-‘Arabi. Disamping  memiliki persamaan, keduanya juga memiliki perbedaan, yaitu dalam panteisme alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam akan tetapi dalam wihdat al-wujud alam bukan Tuhan tetapi bagian dari Tuhan. Bisa disimpulkan bahwa dalam wihdat al-wujud alam dan Tuhan tidak identik, sedangkan dalam panteisme alam dan Tuhan identik.[11]

Keraguan Terhadap Eksistensi Tuhan
            Pada Zaman Pertengahan yaitu antara abad lima belas dan enam belas Masehi, agama Kristen sangat mendominasi bangsa Barat. Dengan sangat otoriternya, mereka menindak para ilmuwan yang berbeda pendapat dengan doktrin Gereja. Diantara para ilmuwan tersebut ialah Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) dengan teorinya tentang heliocentris. Dia mengatakan bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya berputar mengelilingi matahari.[12] Akan tetapi teori Copernicus tersebut sangat bertentangan dengan doktrin yang ada dalam ajaran Gereja pada saat itu. Gereja berpendapat bahwa pusat dari tata surya ini adalah bumi atau biasa disebut dengan geocentris. Tepat pada tanggal 24 Mei 1543, Copernicus dijatuhi hukuman mati oleh Gereja karena teorinya bertentangan dengan ajaran Gereja.[13]
            Setelah Zaman Pertengahan atau yang biasa disebut dengan Zaman Kegelapan (Dark Ages), muncul periode Pencerahan (Renaissance). Pada periode ini, berbagai ilmu di Barat banyak berkembang dan juga periode ini menandakan awal dari Zaman Modern. Adalah David Hume (1711–1776) tokoh filsafat barat yang yang mengembangkan filsafat Empirisme. Dia berpendapat bahwa manusia tidak perlu mengunyah tafsiran ilmiah tentang realitas serta alasan filosofis untuk mempercayai sesuatu di luar jankauan indra dan Hume membuang argumen yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan dari ketertataan alam, dengan menyatakan bahwa hal itu didasarkan pada argumen analogis yang tidak konklusif.[14] Dengan kata lain, Hume menolak hukum Kausalitas seperti adanya alam ini disebabkan oleh adanya Tuhan.
            Selain Empirisme, filsafat Positivisme yang dikembangkan oleh August Comte (1798–1857) pun mempunyai pengaruh besar di Zaman Modern. Menurut Comte, sejarah perkembangan alam pikir manusia terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap teologik, tahap metaphisik, dan tahap positif.[15] Dalam pandangannya tentang Tuhan, Comte mempunyai pendapat bahwa agama atau Tuhan tidak bisa dilihat, diukur dan dibuktikan, maka Tuhan tidak mempunyai arti dan faedah karena suatu pernyataan akan dianggap benar oleh positivisme apabila pernyataan itu sesuai dengan fakta.[16] Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872) yang sepaham dengan Comte memiliki pandangan yang lebih positif tentang manusia, ia ingin mencampakan Tuhan yang telah menyebabkan menyebarnya rasa putus asa di masa silam.[17]
            Karl Heinrich Mark (1818–1883) tokoh Materialisme dan pencetus Komunisme, memandang agama sebagai desahan makhluk yang tertekan dan candu masyarakat. Selain itu, Mark menegaskan bahwa kepercayaan kepada Tuhan atau dewa – dewa adalah lambang kekecewaan atas kekalahan dalam perjuangan kelas. Kepercayaan tersebut adalah sikap yang memalukan yang harus dienyahkan, bahkan dengan cara paksaan.[18] Dia sendiri mengaku sebagai seorang ateis yang radikal dengan mengatakan “saya membenci segala Tuhan”.[19] Tokoh yang lebih ekstim dalam memandang Tuhan selain Mark adalah Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844–1900). Keyakinan yang mendasari Nietzsche adalah bahwa Tuhan telah mati dan segala dewata sudah mati, hanya manusia ataslah yang masih hidup.[20] Dia mengumumkan ini dalam tamsil tentang orang gila yang berlari ke pasar pada suatu pagi, meneriakan, “aku mencari Tuhan!” ketika seorang penonton dengan pongah bertanya ke mana menurutnya Tuhan pergi, apakah Dia melarikan diri atau mungkin pindah?, orang gila itu menatap tajam kearah mereka. “‘Kemana Tuhan pergi?’ dia bertanya.’aku ingin mengatakan kepada kalian, kita telah membunuhnya – aku dan kalian! Kita semua adalah pembunuhnya!”.[21]



Suatu Kesimpulan
            Setelah mengenal sedikit banyak tentang aliran - aliran teologi dalam Islam dan beberapa aliran konsep ketuhanan serta pendapat para tokoh Barat dalam memandang Tuhan, maka kita akan mengetahuhi bagaimana konsep ketuhanan yang begitu komplek yang ada dalam Islam dengan berbagai pendapat yang ada di dalamnya, serta pengertian – pengertian dalam konsep ketuhanan yang telah berkembang dari satu fase ke fase yang lainnya dan keraguan serta penolakan terhadap Tuhan. Semuanya menjadi sebuah keberagaman dalam memandang wujud Tuhan. Islam dengan aliran – aliran Kalam dan perbedaan pendapat di dalamnya, mampu mempersatukan umat dibawah naungan ke-Esaan Allah SWT. Teisme, Deisme dan Panteisme mampu memberikan contoh dari pengertian dalam konsep ketuhanan kepada umat Islam agar bisa membedaka satu dengan yang lainnya.
Berbagai disiplin ilmu serta paham ideologi yang berkembang  di Barat banyak ditawarkan kepada umat Islam, menjadi sebuah tantangan dalam memahami arti dari eksistensi Tuhan. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa wujud Tuhan tidak benar dan tidak dapat dibuktikan keberadaanya, karena suatu kebenaran diukur dari fakta yang ada. Pencampakan Tuhan serta berkeyakinan kepada-Nya adalah sikap yang memalukan, merupakan suatu problem yang sedang dan akan dihadapi oleh umat islam di Zaman Modern ini. Untuk membentengi dari itu semua, umat Islam sadar bahwa paham ideologi tersebut berasal dari Barat dan bertolak belakang dengan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah. “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilahia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian” (QS 4:59). Wallahul muta’an...

[1] Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama Titik Temu Akal dan Wahyu, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991) hal. 10
[2] Amal Fathullah Zarkasyi,  Ilmu Al- Kalam: Tarikhul Madzahib Al-Islamiyyah wa Qodloyaha Al-Kalamiyyah, (Ponorogo: Darussalam University Press, 2006) hal. 47
[3] Ibid., hal. 50
[4] Amal Fathullah Zarkasyi, Kuliah Tentang Konsep Tauhid Dalam Perspektif Filsafat, Ilmu Kalam dan Tasawwuf, (Ponorogo: Fakultas Ushuluddin ISID, 2006) hal. 7
[5] Ibid., hal. 12
[6] Ibid., hal. 13
[7] Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama: Wiasta Pemikiran dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) hal. 81
[8] Norman L. Geisler dan Williams D. Watkins, perspectives Understandingand Evaluating Today’s World Views, (California: Here’s Life Peblisers, Inc, 1984) hal. 23. Lihat juga Ibid., hal. 84
[9] Amal Fathullah Zarkasyi, ‘Aqidah Al-Tauhd ‘Inda Al-Falasifah wa Al-Mutakallimin wa As-Sufiyah, (Ponorogo: Darussalam University Press, 2008) hal. 96
[10] Bakhtiar, Op.cit., hal. 89
[11] Bakhtiar, Op.cit., hal. 94
[12] Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj: H. Mahbub Djunaidi (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1982)
[13] Hart, Ibid hal.
[14] Karen Amstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Orang – Orang Yahudi, Kristen dan Islam, terj: Zaimul Am, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007) hal. 441
[15] Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004) hal. 109
[16] Bakhtiar, Op.cit., hal. 116
[17] Amstrong, Op.cit., hal 451
[18] Daniel L. Pals, Dekonstruksi kebenaran: Kritik Tujuh Teori Agama, terj: Inyiak Ridwan Munir (Yogyakarta: IRCiSoD, 2005) hal. 201
[19] Bakhtiar, Op.cit., hal. 124 - 125
[20] Ali Mudhofir, Kamus Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 375
[21] Amstrong, Op.cit., hal. 458

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More